Abstrak: Batang Garing

Judul : Batang Garing
Pengarang : Taya Paembonan
Kota Terbit : Jakarta
Penerbit : Pustaka Jaya
Tahun Terbit : 1993
Cetakan/Edisi : Cetakan I
Kolasi : 188 hal; ilus ; 21 cm
ISBN : 979 – 419 – 117 – 5
No Klas : 371.201

ABSTRAK

Kebudayaan suatu bangsa atau suku tertentu terus bergerak, tumbuh, dan berkembang. Perkembangan kebudayaan ini diharapkan berperan positif untuk pengembangan kepribadian  manusia pada khususnya dan masyarakat serta pembangunan pada umumnya.Bahkan pembangunan itu sendiri haruslah merupakan proses budaya.

Batang Garing yang berarti Pohon  Kehidupan, yang mencerminkan alam berpikir suku dayak (Kalimantan Tengah) tentang kosmos dan manusia dalam suatu harmoni yang dinamis. Dalam kerangka itulah pembangunan pendidikan dan pengembangan kebudayaan Kalimantan Tengah dilaksanakan menuju pada terbentuknya masyarakat dayak yang modern.

Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah memiliki banyak ragam budaya tradisional,mereka mempunyai beberapa bahasa daerah,yaitu : bahasa Dayak Ngaju dengan dialek Pulau Petak (Kapuas). Bakunpay,Mangkatip, Katingen, Ba’ámang, Kuhin / Seruyan, Ot’Danum, dan Siang.Bahasa Maányan dan Dusun dengan dialek Paku,Maányan, Samikin, Dusun Witu, dan Dusun Malang.Bahasa Lawangan dengan dialek Lawangan dan Tamboyan.Bahasa Melayu dengan dialek Banjar Melayu Pantai dan Melayu darat.Disamping berbagai ragam bahasanya suku Dayak pun memiliki aneka ragam seni,seperti seni tari,yang dikaitkan dengan pemujaan dan dikategorikan tari sacral,dan nada juga tari untuk pergaulan ataupun tari kepahlawanan,contohnya tari Giring-giring,seni music,alat-alat music yang dimiliki antara lain Kecapi, Ketambung serta Gong.dibidang seni Kriya suku Dayak Kaya akan karya ini,salah satunya adalah Batang Garing (Pohon Kehidupan).Demikian pula untuk mempertahankan diri dari serangan musuh mereka memiliki benda budaya berupa senjata seperti Mandau,Dohong, Sipet (sumpitan),talawang (perisai).

Orang Dayak untuk pertama kali mengenal aksara (latin) sejak masuknya Zending pada tahun 1937, dalam rangka perkabaran injil, mereka mulai mengajar dengan menggunakan tulisan, kemudian  mereka mendirikan sekolah dasar dibeberapa tempat. Melalui tradisi tulisan  kebudayaan Dayak semakin  banyak dipublikasikan dalam buku-buku sebagai hasil penelitian  dalam berbagai bidang, tantangan yang cukup berat bagi pendidikan di kalimantan tengah,ialah membina masyarakat sebagai masyarakat membaca, karena hal ini menyangkut perubahan sikap,  hanya dengan masyarakat membaca  dapat diharapkan timbul masyarakat belajar. Mengubah sikap dari tidak pernah membaca menjadi gemar membaca memerlukan motivasi yang kuat serta adanya situasi yang mendukung, seperti misalnya, tersedianya bahan bacaan, terutama buku dalam jumlah dan mutu yang baik,sarana penunjang dalam peningkatan minat baca masyarakat.