Abstrak: Pengembaraan Batin Bung Karno

Judul : Pengembaraan Batin Bung Karno
Pengarang : K.H.Arman Arroisi
Cetakan : 1
Kota Terbit/Penerbit/Tahun : Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991
Kolasi : 221 hlm.; 18 cm
ISBN : 979-514-173-2
Nomor Panggil : 923
Lokasi : Referensi

ABSTRAK

Bangsa yang besar sajalah yang mau menghargai jasa pahlawannya. Dan bangsa Indonesia termasuk salah satu yang terbesar. Karena itu, pemerintah melalui keputusan Presiden Soeharto telah menganugrahkan gelar “Pahlawan Prolamator” kepada almarhum Bung Karno pada tahun 1986. Sebab, “Putra Sang Fajar” itu telah mengantarkan bangsa Indonesia memasuki gerbang kemerdekaan bersama Pahlawan Proklamator Bung Hatta. Adalah layak apabila segala yang baik dari Bung Karno dijadikan teladan. Termasuk perjalanan keislamannya.

Rupanya, masih banyak rahasia yang menyelubungi peri kehidupan pribadi Bung Karno. Maka tidak mengherankan jika muncul berbagai versi dan pandangan mengenai perjalanan hidupnya. Banyak keunggulannya, yang terkadang fantastis bagai legenda atau mungkin diagendakan oleh sebagian pengagumnya. Banyak juga yang  menjelekkannya, terutama atas “kebijakan” yang diambil menjelang akhir kekuasaannya. Mana yang benar ?. Yang benar, bagaimana pun jasanya tidak dapat disepelekan – apalagi diabaikan, dalam mempersatukan, mengangkat harga diri, dan membawa bangsanya menuju alam kemerdekaan. Bahwa ia memiliki cacat adalah karena ia manusia.

Sebagai manusia, pembentukan pribadi Pahlawan Proklamator ini bukannya tanpa gejolak. Itulah yang disorot dalam kisah pertama buku ini, terutama dari segi keislamannya. Seorang sahabat setia Bung Karno, Haji Ahmad Notosoetadjo, menceritakan, “Telah sering diuraikan bahwa manusia Soekarno itu tidak pernah mendapat isi dan didikan islam  dari ayah  – bundanya, tidak juga  secara khusus dari kiai dan ustaz. Jiwanya sendiri yang mencari Tuhan dan akhirnya  menemukan-Nya; jiwanya sendiri serentak mendekati Muhammad, Rasul Allah, sehingga menjadi pengikutnya. Ia pun mengaku tadinya tidak mengenal agama, pun tidak mengenal Tuhan, tapi kemudian ia mencari dan mencari-Nya sampai berjumpa.”

Andaikata bukan karena petunjuk Allah, belum tentu anak kecil yang bernama Koesno Sosro Karso, berayah Jawa abangan dan beribu Hindu Bali, itu bisa muncul menjadi Haji Ahmad Soekarno atau yang lebih akrab sebagai “Putra Sang Fajar”, tetap dihormati bangsanya meskipun jasadnya telah lebur dengan tanah. Untuk menemukan kebenaran sejati ia mempelajari dan membanding – bandingkan berbagai agama. Akhirnya, Islamlah pilihan satu – satunya.