ABSTRAK: Willem Iskandar ( Sati Nasution ) Tokoh Pendidikan dan Sastrawan dari Sumatera Utara


Judul : Willem Iskandar ( Sati Nasution ) Tokoh Pendidikan dan Sastrawan dari Sumatera Utara
Pengarang : Nelson Lumbantoruan,M.Hum
Kota Terbit : Medan
Penerbit : CV.Mitra Medan
Tahun Terbit : 2011
Cetakan/Edisi : Cetakan I
Kolasi : iii + 83 hal;ilus; 20 cm
ISBN : 978 – 602 – 9217 – 70 – 4
No Klas : 92 (Willem)

ABSTRAK

Nama willem Iskandar tidak asing lagi bagi masyarakat Sumatera Utara,Beliau dikenal sebagai tokoh, pelopor, dan pioneer dalam dunia pendidikan dan tokoh pembaharu dalam penulisan karya sastra Mandailing.Sebagai tokoh dan pelopor pendidikan dan sastra, Willem Iskander pernah dianugerahi oleh Pemerintah Republik Indonesia “Anugerah Seni” pada tahun 1978.

Terjadinya penjajahan Belanda pada abad ke-19 mengawali penyelenggaraan pendidikan ala barat di Sumatra Utara, sekitar tahun 1850 asisten residen Belanda untuk Mandailing dan Angkola yaitu Alexander Philippus Godon membuka pendidikan tingkat sekolah rendah di Panyabungan ( Mandailing), salah satu murid sekolah itu adalah Sati, yang lahir di desa Pidoli Lombang pada bulan Maret 1840,Sati adalah putra Mangaraja Tinating. Sati menyelesaikan pendidikan sekolah rendahnya dan diberi kesempatan untuk magang di kantor asisten residen di Panyabungan. Pada tahun 1857 Sati mengikuti pendidikan pendahuluan di Vreeswijk dan Arnhem setelah itu dilanjutkan sekolah guru di Amsterdam. Pada 1858 Sati mengganti namanya menjadi Willem Iskander.Pada tahun 1862 Willem Iskander tiba kembali di Mandailing, dia mulai mendirikan sekolah guru di desa Tano Bato, itu merupakan sekolah guru pertama didirikan di Sumatra Utara, Dua belas tahun lamanya Willem Iskander mengajar sekaligus merangkap sebagai pimpinan di Kweekschool Tano Bato, pada tahun 1874 Willem Iskander memperoleh beasiswa kedua kalinya untuk belajar ke negeri Belanda,dan diangkat sebagai pembimbing teman yang lainnya,pada tanggal 8 Mei 1876 dalam usia 36 tahun Willem Iskander meninggal dunia di Amsterdam.

Beberapa karya terjemahan Willem Iskander dipergunakan sebagai buku bacaan disekolah yang terdapat di Mandailing dan Angkola.Terjemahannya yang berkenaan dengan peraturan pemerintah colonial Belanda dipergunakan untuk keperluan pemerintah di Mandailing dan Angkola, seluruh karya Willem Iskandar terdiri atas 13 puisi, 8 prosa, dan 1 drama pendek atau dialog,dan merupakan suatu langkah kepeloporan dalam sastra etnik Mandailing, semua karya Willem Iskander itu diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1872 di Batavia dalam bentuk buku yang berjudul Sibulus- bulus Sirumbuk- rumbuk yang artinya “yang tulus yang sia sekata”

Selain seorang guru yang mempelopori pendidikan dan pembaruan di Sumatra Utara juga seorang sastrawan atau penyair yang mempelopori pembaharuan dalam sastra Mandailing yaitu penulisan karya sastra berbahasa Mandailing dengan menggunakan aksara Latin.Sebelumnya sastra Mandailing menggunakan sastra Lisan,isi puisi yang ditulis Willem Iskander sangat jauh berbeda dengan sastra Lisan Mandailing yang berisi keluh kesah,tentang adat, cinta dan nasehat sedangkan Willem Iskander berisi tentang pendidikan,generasi muda,kritik social dan penyadaran diri.berikut ini beberapa karya Willem Iskander : Si Hendrik na Denggan Roa,buku bacaan anak-anak tentang etika.