Abstrak: Mahakarya Soekarno – Hatta
Judul | : | Mahakarya Soekarno – Hatta |
Pengarang | : | Suwidi Tono (ed) |
Cetakan | : | 2 |
Kota Terbit/Penerbit/Tahun | : | Jakarta : Vision 03, 2009 |
Kolasi | : | vi, 150 hlm.; ilus.; 20 cm |
ISBN | : | 978-979-16591-6-3 |
Nomor Panggil | : | 922 |
Lokasi | : | Referensi |
ABSTRAK
Mengapa kita perlu mengenang dua nama manusia Indonesia dari masa lampau bernama Soekarno dan Mohamad Hatta?. Ada banyak alasan yang dapat diajukan. Terutama sekali posisi sentral keduanya dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia. Kedua tokoh ini memang bukanlah tergolong pelopor atau perintis awal gerakan nasional menentang penjajahan Belanda.
Jika diamati secara cermat, ada kesamaan gagasan dan pandangan pada kedua tokoh ini tatkala berhadapan dan bersikap terhadap kolonialisme, imperialisme beserta dengan organ – organnya. Tentu bukan dengan maksud untuk “mengagung-agungkan” pemikiran dan kehebatan masa lampau akan tetapi sebaliknya untuk menarik jejak – jejak tegas sejarah perjalanan bangsa.
Sebagai “anak didik” Kebangkitan Nasional 1908, Soekarno – Hatta meneruskan estafet kepoloporan dan memimpin bangsa meraih kemerdekaan. Kini, seabad kemudian, Indonesia masih mengidap problem yang diungkap oleh kedua pemimpin besar itu ketika diadili di muka mahkamah kolonial: kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan.
Boleh jadi bukan semata – mata faktor koinsidensi (kebetulan) yang unik bahwa “jalan hidup” Soekarno dan Mohamad Hatta hampir serupa satu sama lain. Pada usia amat belia (belasan tahun), keduanya langsung menerima gemblengan dan melibatkan diri dalam organisasi massa tanpa mengabaikan semangat menuntut ilmu. Keduanya bahkan termasuk segelintir siswa cerdas yang dididik guru – guru yang kebanyakan bangsa Eropa dan belajar di sekolah – sekolah terbaik pada zamannya.