Bola di Tangan Kita

Wamdi Duta Baca Riau

Ada Rudini dari Kaltim, Asri dari Sulteng, Rohman dari Jawa Barat, Dr. Firman dari Sumsel dan beberapa teman lainnya, termasuk juga mas Jack perwakilan dari pihak Perpusnas RI.

Bagaimanapun ini di antara berkah di tengah wabah, ngobrol dengan menggunakan aplikasi Zoom.

Terakhir pertemuan pada Gemilang Perpustakaan Nasional tahun lalu. Para Duta Baca Daerah dan Nasional Najwa Shihab bertemu dan mendiskusikan program, progres dan tantangan yang dihadapi dalam mengkampanyekan minat baca di daerah masing-masing.

Ada yang aktif ke komunitas-komunitas, ada yang menggerakkan mahasiswa karena juga berprofesi sebagai dosen, ada yang terlibat di Taman Baca Masyarakat (TBM), ada yang jurnalis yang juga aktif menggerakkan perahu pustaka seperti Ridwan di Polewali Sulawesi barat sana.

Semua berbuat, semua bergerak.

Saya masih ingat waktu itu bercerita bahwa di Riau saya mengkampanyekan minat baca lewat media sosial, datang ke komunitas-komunitas, siaran di RRI, bicara di sekolah-sekolah dan kampus, termasuk juga tentunya talk show di Perpustakaan Wilayah Riau Soeman Hs sendiri.

Memang ada yang kita syukuri dari pencapaian-pencapain gerakan literasi kita beberapa tahun belakangan ini Riau, namun ada juga yang mestinya ada kini telah tiada.

Seperti Perpustakaan Wilayah Riau Soeman Hs yang sekarang lebih membuka diri dengan banyaknya melibatkan komponen masyarakat untuk bergandengan tangan bersama, dengan menghadirkan atau meng-adakan Forum Literasi Remaja (FLR), ada Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM), Dewan Perpustakaan Provinsi Riau (DPPR), Bunda Baca Daerah, dan juga sejak 2018 menunjuk seorang Duta Baca Derah.

Tahun 2016 kita yang dari dulu sudah disebut sebagai Negeri Sohibul Kitab dikukuhkan lagi menjadi Provinsi Literasi oleh Menteri Pendidikan kala itu.

Perpustakaan sekolah kita di tingkat Nasional; 2016 juara dua, 2017 juara 2, 2018 juara 3, dan pada 2019 kita memperoleh juara pertama: SMK Labor.

Akhir tahun 2019 juga, Dinas Perpustakaan Kabupaten Siak mendapatkan peringkat pertama sebagai Dinas Perpustakaan Kabupaten terbaik tingakt Nasional dalam hal Pengembangan Transformasi Perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Sementara untuk koleksi buku, tidak pun cetak kini kita bisa mengunduh Aplikasi iPusnas, iRiau, iPekanbaru, iSiak, bahkan di Hp saya punya iJogja, iJakarta, iSantri, Islamic Library, dan juga AnyBooks yang bukunya ribuan di sana.

Komunitas-komunitas literasi kita di Riau juga kian bertambah, ada Rumah Sunting dengan Kunni Masrohanti serta tim yang dialog budaya serta baca puisi keliling daerah bahkan hingga pelosok Riau. Ada Forum Lingkar Pena (FLP) dengan Alam Terkembang-nya yang terus mengembangkan sayap, terakhir setelah Bengkalis saya diminta mengisi pelatihan pada anggota-anggota barunya di Kampar. Ada Rumah Suku Seni yang rutin diskusi budaya, sastra, bedah buku serta pagelaran seni. Ada Pena Terbang dengan Asqalani yang tiap Ahad pagi bahas karya di pelataran puswil. Ada komunitas guru yang menulis seperti KGN dan program juga Sagusaku-nya IGI.

Tentunya masih ada, bahkan lebih banyak lagi yang belum saya sebut.

Tetapi, ada media yang dulu begitu terbuka kolom-kolomnya untuk penulis, kini kian berkurang. Bahkan ada media yang sejak awal tidak membuka ‘ruang dialog’ itu sama sekali. Padahal adanya ruang atau kolom bagi para penulis di media akan memancing generasi muda untuk meningkatkankan kemampuan menulisnya.

Beberapa tahun lalu kita juga masih punya majalah budaya Sagang, kini majalah itu tinggal nama, anugerahnya pun tinggal satu dua.

Sekitar tahun 2009 pernah kita mengadakan Riau Book Fair, kini tak lagi, padahal sebagai Provinsi Literasi mestinya itu agenda wajib.

Bagaimana sekarang kabar lomba DKR!

Di mana letak galeri Ibrahim Sattah!

Tetapi sudahlah, kita pandang saja langit yang masih cerah.

Alhamdulillah, belakangan ini silih berganti berbagai pelatihan serta perlombaan literasi kita di Bumi Lancang Kuning banyak digawangi oleh Balai Bahasa Riau. Termasuk beberapa hari yang lalu saya dikirimi majalah Srindit (majalah bahasa dan sastra) versi PDF-nya oleh salah seorang pegawai BBR, katanya majalah akan dicetak tiap enam bulan sekali sebanyak 100 eksemplar.

Kini.

Bola di tangan kita.

Di bola ini tertulis nama dan sejarah kita.