KEMBANGKAN MINAT BACA DENGAN LOMBA BERCERITA

Kegemaran membaca bagi kebanyakan orang ataupun masyarakat harus dibangun atau dibentuk dan di mulai dari awal, artinya ketika masih dalam usia dini. Berbeda dengan membina dan mengembangkan minat baca, yang berarti sudah dibangun dan kemudian tinggal meneruskan saja. Membina dan mengembangkan minat baca ini berlaku pada kelompok masyarakat yang telah maju dan sudah mempunyai kegiatan yang bersifat rutinitas untuk membaca atau belajar.

Berbeda dengan kelompok masyarakat yang minat bacanya masih belum dibentuk dan dikembangkan. Pada masyarakat ini biasanya kehidupannya masih lebih senang untuk jalan-jalan, bermain, atau santai, dan melakukan sesuatu yang berguna baginya. Ada beberapa hal yang juga ikut mempengaruhi kurangnya minat baca masyarakat, perilaku masyarakat ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya, intesitas kegiatan sehari-hari, kondisi sosial ekonomi yang pas-pasan sehingga perhatiannya lebih tercurah bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca anak yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak, seperti pembawaan dan kebiasaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri anak seperti faktor lingkungan, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Faktor eksternal ini mempengaruhi adanya motivasi, kemauan, dan kecendrungan anak untuk selalu membaca. Namun, selain dari faktor tersebut masih ada faktor yang mempengaruhi menurunnya minat baca, yaitu  adanya teknologi yang semakin canggih seperti handphone, jejaring sosial, dan komputer. Hal ini banyak menyita waktu anak untuk lebih memilih menikmati hiburan dari pada membaca buku untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan pola pikir anak.

Untuk pembinaan dan pengembangan minat serta kebiasaan membaca pada anak khususnya dan masyarakat luas umumnya merupakan hasil kerja kolektif dari berbagai komponen. Prosesnya tentu melibatkan berbagai pihak yang terkait (stake holders). Komponen yang dimaksud adalah : orangtua dan keluarga, lingkungan dan masyarakat, sekolah dan lembaga pendidikan lain, pemerintah dan perpustakaan. Masing-masing komponen ini mempunyai tanggung jawab dan ruang lingkup sendiri-sendiri. Akan tetapi masing-masing komponen ini mempunyai keterkaitan yang saling memenuhi.

Sebagai Komponen yang mempunyai keterkaitan dan saling memenuhi ini mendapat perhatian yang begitu besar dari pemerintah dengan menetapkan Undang-Undang perpustakaan No. 43 Tahun 2007 Bab XIII pasal 48 yang terdiri dari 4 ayat yakni :

  1. Pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
  2. Pembudayaan kegemaran membaca pada keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah melalui buku murah dan berkualitas.
  3. Pembudayaan kegemaran membaca pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai proses pembelajaran
  4. Pembudayaan kegemaran membaca pada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penyediaan sarana perpustakaan ditempat-tempat umum yang mudah dijangkau, murah dan bermutu.

Salah satu wujud penerapan dari pasal 48 undang-undang 43 Tahun 2007 diatas, pemerintah dalam hal ini Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bekerjasama dengan perpustakaan Provinsi Riau dan Perpustakaan Kabupaten mengadakan kegiatan lomba bercerita untuk Tingkat Sekolah dasar / Madrasah Ibtidaiyah baik negeri maupun swasta dengan ketentuan lomba pesertanya adalah siswa kelas V (lima).

Lomba bercerita ini dilakukan dalam rangka pembudayaan kegemaran membaca dan  membangkitkan cinta anak terhadap budaya daerah (budaya lokal), dan tentunya sebagai upaya untuk melestarikan budaya lokal serta membangun rasa menghargai dan menghormati perbedaan suku, budaya, seni dan tutur bahasa dalam kerangka memperkokoh persatuan bangsa yang ditanamkan mulai dari masih anak-anak.

Untuk itu Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Riau menyelenggarakan lomba bercerita Tingkat provinsi yang diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 28 Juli 2020 bertempat di Aula Bedah Buku,  Gedung B lantai 3. Kegiatan ini dilaksanakan dalam satu hari diawali dengan acara pembukaan oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Riau yakni Ibu Dr. HJ. Rahima Erna, M.Si, dilanjutkan dengan pencabutan nomor undian tampil  peserta.

Pelaksanaan kegiatan lomba ini diawali dengan mengirimkan undangan via pos maupun melalui faxmail kepada 12 (dua belas) Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kabupaten/ Kota se –Provinsi Riau, kemudian kami menyusun dan mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan lomba mulai dari koordinasi kami dengan tim pelaksana lomba di Perpustakaan Nasional, koordinasi dengan tim kabupaten/kota, sesama panitia provinsi, tim juri provinsi dan pihak yang terkait dengan pelaksanaan lomba seperti orang tua dan pembimbing anak peserta lomba bercerita.

Adapun peserta yang turut ikut dalam kegiatan lomba bercerita ini terdiri dari 9 (sembilan ) kabupaten/kota yaitu :

  1. Kabupaten Rokan Hilir
  2. Kabupaten Rokan Hulu
  3. Kabupaten Indragiri Hilir
  4. Kabupaten Indagiri Hulu
  5. Kabupaten Bengkalis
  6. Kabupaten Kuantan Singingi
  7. Kota Pekanbaru
  8. Kota Dumai
  9. Kabupaten Siak

Berdasarkan pengamatan dari tahun ke tahun, kegiatan lomba bercerita ini  selalu diikuti oleh hampir semua kabupaten kota yang ada di Provinsi Riau. Akan tetapi tidak untuk tahun ini mengingat   situasi saat ini dimana belahan bumi sedang menghadapi pandemi corona virus 19, maka  banyak anggaran  yang berkurang dari tiap-tiap Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten/Kota Provinsi Riau, seperti  Kabupaten Kampar, Kepulauan Meranti, dan kabupaten Pelalawan. Namun situasi pandemi covid 19 ini tidak menyurutkan semangat dan antusias dari anak –anak untuk ikut di perlombaan ini.

Hal ini terlihat dari kebolehan para peserta yang tampil dengan semangat membawakan  cerita sesuai dengan judul yang mereka kuasai. Dimulai dari penampilan pertama adalah peserta dari Rokan Hilir hingga penampilan yang terakhir adalah peserta dari Bengkalis. Dari ke sembilan peserta ini yang berhasil mendapat juara pertama berdasarkan keputusan juri adalah peserta yang tampil nomor delapan berasal dari Kota Pekanbaru  Keysa Ozaniora dengan judul cerita Putri Tujuh.

Berikut para pemenang lomba bercerita provinsi Riau berdasarkan hasil penilaian tim juri yang berhasil mendapatkan hadiah uang tunai untuk pembinaan, piala, sertifikat, dan telepon genggam (handphone ) dari Bapak Gubernur untuk juara satu, dua dan tiga, adalah sebagai berikut :

  1. Juara I Keysa Ozaniora dari kota Pekanbaru dengan judul cerita Putri Tujuh
  2. Juara II Rizqi Alqhifari dari kabupaten Siak dengan judul cerita si Lancang
  3. Juara III Alfarabhi Khawarizmi dari kabupaten Rokan Hulu dengan judul cerita Tapah Kudong
  4. Juara harapan I Neyla Syifa dari kabupaten Bengkalis dengan judul cerita Batu Belah
  5. Juara harapan II Abas Al-Marsy dari kota Dumai dengan judul cerita Misteri Harta Karun
  6. Juara harapan III Najmina Jihan Alhari dari kabupaten Indragiri Hilir dengan judul cerita Putri Pinang Masak

Juara pertama Keysa Ozaniora putri dari bapak Aswandi dan ibu Suriati, anak ke dua dari dua bersaudara kelahiran 27 Agustus 2010 adalah siswi Sekolah Dasar Negeri (SDN 61 )kota Pekanbaru. Keysa berhasil membawakan judul cerita Putri Tujuh dengan penampilan santai, wajar, penuh percaya diri dengan kemampuan / skil dan menguasai materi cerita. Selain berhasil mendapat juara bercerita di tingkat provinsi, banyak prestasi yang sudah diraih oleh Keysa Ozaniora diantaranya juara satu lomba membaca cerita rakyat oleh Balai Bahasa Riau. Disamping itu Keysa juga memiliki suara yang merdu dan pernah mendapat juara dua lomba Solo di Al-Azru Cup.

Sekilas isi cerita Putri Tujuh adalah cerita yang berasal dari daerah Kota Dumai, menggambarkan perjuangan seorang ratu bernama Cik Sima yang melindungi anaknya dari peperangan melawan Pangeran Empang Kuala yang hendak meminang putrinya yang ke tujuh bernama Mayang Sari. Putri Mayang Sari memiliki wajah yang elok berseri bagaikan bulan purnama, kulit putih halus bagikan sutra dan rambut panjang ikal terurai bagai mayang, sehingga putri mayang sari dikenal dengan sebutan  Mayang Mangurai. Akan tetapi ratu Cik Sima menghendaki putri sulungnya lah yang dipinang Pangeran Empang Kuala. Mendengar ini pangeran Empang Kuala Marah besar lalu  menyerang kerajaan Sri Bunga Tanjung.

Peperanganpun tak dapat dielakkan, lalu ratu Cik Sima menyembunyikan ketujuh putrinya di hutan dalam lubang, beratapkan tanah dan dilindungi pepohonan dengan menyediakan bekal untuk tiga bulan. Namun peperangan berjalan hingga empat bulan, maka apa yang terjadi ?,  ketujuh putri ratu Cik Sima meninggal di dalam lubang karena kelaparan. Hal ini membuat penyesalan yang sangat mendalam bagi ratu Cik Sima, mengakibatkan ratu sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Pengorbanan ketujuh putri itu diabadikan oleh rakyat Dumai dengan mendirikan sebuah kilang minyak yang bernama Kilang Minyak Putri Tujuh. Dan mereka mempercayai bahwa kata Dumai berasal dari kata-kata yang terus diucapkan oleh pangeran Empang Kuala karena kagum melihat kecantikan putri Mayang Mangurai.

Begitulah sekilas isi cerita putri tujuh yang dibawakan oleh Keysa Ozaniora dengan baik sehingga ia mendapatkan juara satu untuk tingkat provinsi Riau. Selanjutnya Keysa Ozaniora akan dikirim oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Riau ke Jakarta untuk mewakili Provinsi Riau bertanding dengan pemenang-pemenang dari tiga puluh empat provinsi lainnya yang direncanakan akan diselenggarakan oleh perpustakaan Nasional pada bulan September mendatang, tepatnya hari Senin  hingga Jumat tanggal 7 sampai tanggal 11 September 2020.

Kita boleh berbangga untuk Keysa Ozanira yang akan mewakili provinsi Riau bertanding di pusat dan mari kita doakan dengan harapan Keysa Ozaniora berhasil mendapat juara di Tingkat Nasional. Mari kita tumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca kepada anak-anak dari usia dini. Sehingga akan tumbuh anak-anak yang akan membawa nama provinsi Riau ditahun-tahun mendatang.

Pekanbaru, 10 Agustus 2020

Pustakawan,

 

Tetty Meriana S.IP