Dongeng Masuk Mall! Kenapa Tidak?
Oleh :
Dahrial Iskandar, S.IP
Pustakawan Muda Perpustakaan Soeman Hs
Tepat pada tanggal 20 Maret 2019, ditetapkan Hari Dongeng Dunia. Anak-anak harus tahu bahwa ada hari dongeng dunia. Bagaimana caranya untuk mengenal budaya Indonesia melalui dongeng, cerita rakyat, dan legenda yang sejak dahulu biasa dijadikan alternatif hiburan yang edukatif oleh para orang tua, pustakawan dan guru untuk anak-anak. Sebab, sebagian besar cerita rakyat ini memiliki pesan-pesan moral yang penting untuk ditanamkan kepada anak sebagai bekal mereka dalam berkehidupan. Sayang sekali, saat ini generasi muda sudah jarang yang benar-benar mengenal budaya bangsa. Anak-anak usia dini justru lebih dekat dengan tokoh-tokoh kartun asing dibandingkan dengan Si Kancil atau Malin Kundang, misalnya.
Ibarat kertas putih, anak-anak adalah sosok yang polos dan mudah menyerap apa yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Mereka mudah meniru apa yang mereka lihat, dengar, dan juga baca. Sebagai orang tua, penting bagi kita untuk menanamkan kebiasaan positif pada anak sejak dini dan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan budaya. Orang tua, guru dan pustakawan membiasakan diri untuk membacakan dongeng, cerita rakyat, dan legenda kepada anak tidak hanya bermanfaat untuk pelestarian budaya bangsa. Namun juga berdampak pada hubungan kedekatan dengan anak, minat anak untuk membaca, kemampuan anak untuk berbicara dan bercerita, serta mengasah kreativitas.
Ibarat kertas putih, anak-anak adalah sosok yang polos dan mudah menyerap apa yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Mereka mudah meniru apa yang mereka lihat, dengar, dan juga baca. Sebagai orang tua, penting bagi kita untuk menanamkan kebiasaan positif pada anak sejak dini dan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan budaya. Orang tua, guru dan pustakawan membiasakan diri untuk membacakan dongeng, cerita rakyat, dan legenda kepada anak tidak hanya bermanfaat untuk pelestarian budaya bangsa. Namun juga berdampak pada hubungan kedekatan dengan anak, minat anak untuk membaca, kemampuan anak untuk berbicara dan bercerita, serta mengasah kreativitas.
Berbicara mengenai dongeng secara umum semua anak-anak senang mendengarkan, baik anak balita, usia sekolah dasar, maupun yang telah beranjak remaja bahkan orang dewasa. Dalam kegiatan dongeng, proses bercerita menjadi sangat penting karena dari proses inilah nilai atau pesan dari cerita tersebut dapat sampai pada anak.
Pada saat proses dongeng berlangsung terjadi sebuah penyerapan pengetahuan yang disampaikan pencerita kepada audience. Proses inilah yang menjadi pengalaman seorang anak dan menjadi tugas pencerita untuk menampilkan kesan menyenangkan pada saat bercerita.
Dongeng dengan media buku, dapat digunakan oleh pustakawan untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan terhadap buku. Banyak diantaranya tidak menyadari bahwa cara mengajar kepada anak dapat menimbulkan kesan tidak menyenangkan pada saat mengenal buku. Namun dengan dongeng pengalaman berbeda akan dirasakan oleh seorang anak. Melalui dongeng seorang anak akan belajar membaca tanpa perlu merasa dipaksa untuk melakukannya.
Dongeng bukan saja diada kan di Perpustaka, Sekolah PAUD dan TK,sudut baca, LTH, Car Free Day, namun bisa juga diadakan di posyandu dan pusat-pusat pembelanjaan atau mall. Hal ini telah dilakukan pustakawan Soeman Hs, yakni Dahrial Iskandar, S.IP dengan pangilan Kak Dadang Dikalangan anak-anak. Kegiatan ini telah dilakukan tiga hari berturut-turut dari hari Jumat sampai hari Minggu tanggal 22 sampai 24 Maret 2019 di pusat perbelanjaan Living World Pekanbaru. Ini bukan kali pertama dongeng diadakan di Living World, diawal tahun 2019 ini juga saya dan kak Ifen mengisi acara mendongen di sini.
Kegiatan ini ditaja salah satu Event Organizer berkerjasama dengan pusat perbelanjaan Living World Pekanbaru. Kegiatan ini dalam rangka Parade Anak Juara yang dilaksanakan dari tanggal 18 sampai dengan 24 Maret 2019. Dalam kegiatan ini berbagai kegiatan dilakukan antara lain lomba mendongeng, lomba menghias Donat, mewarnai, melukis dan lain-lain.
Namun, kini dongeng nyaris tidak hadir dalam kehidupan yang makin pragmatis-meterialistis telah menimbulkan jarak psikologis antara orang tua dan anak. Dunia keluarga tidak lagi jadi sarang yang hangat bagi anak-anak untuk menikmati dan menyerap nilai-nilai dongeng. Anak-anak pun lari dari ruang keluarga, menemukan “oase” baru bernama playstation, gadget, dan televisi yang lebih banyak mempromosi “sampah” kebudayaan. Anak-anak pun semakin soliter, personal, dan individual, bahkan egoistik.
Selain itu, semakin lenyapnya dongeng dari kehangatan ruang keluarga juga disebabkan problem kemiskinan budaya yang dihadapi para orangtua. Mereka tidak memiliki literatur dongeng yang kaya karena mereka umumnya adalah generasi yang lahir tidak dari kultur dongeng tetapi kultur digital. Mereka berprinsip dongeng toh bisa digantikan film. Mereka lupa, yang tidak bisa digantikan adalah interaksi dan pertalian batin dan jiwa antara anak dan orangtua dalam pertemuan langsung. Selain itu, proses penikmatan film bersifat personal, sedangkan penikmatan dongeng bersifat komunal. Maka dari itu perpustakan memberi layanan dongeng kepada anak-anak yang berkunjung ke perpustakaan Soeman Hs. Kegiatan yang dilakukan seperti Kamis mendongeng dan hari-hari lain yang telah ditentukan.
Penulis mengharapkan Pemerintah/negara perlu memberikan dukungan baik melalui regulasi maupun politik angaran dan mengaitkan budaya dongeng dengan sistem pendidikan nasional. Dongeng dilakukan di seluruh Indonesia, sebelum anak bangsa ini tumbuh tanpa budaya dongeng dan hanya ditimbuni narasi-narasi kriminal dari kasus-kasus korupsi yang saat ini marak terjadi…








